Terdapat suatu kebun pada sebuah desa. Pemiliknya adalah seorang petani baik hati di desa tersebut. Jika datang masanya panen, petani itu selau membagi-bagikan hasil kebunnya kepada para tetangga. Sebagian ia jual ke pasar sebagai penumpu kehidupan. Suatu hari ketika sedang berladang, di tengah cuaca yang cerah berteduh awan biru, seekor kelinci terlihat sedang asyik memperhatikan tanaman wortel di ladang petani.
![]() |
| image source : http://anekamesin.com/bisnis-keripik-sayur-dan-buah-semakin-hari-semakin-renyah.html |
Si kelinci meloncat-loncat mendekati wortel yang terlihat sangat subur tersebut. Daunnya hijau cerah, sebagian warna oranye-nya muncul ke permukaan tanah. Bagi manusia, wortel yang tertanam tidak berbau harum seperti yang sampai pada hidung si kelinci. Petani baik hati ini diam saja memperhatikan tingkah laku kelinci yang terus mendekati dan terlihat tertarik pada wortel. Dalam benak petani, mungkin sesekali bersedekah pada kelinci tidak ada salahnya. Kelinci mencium-cium pucuk wortel, mengendus. Kumis-kumis panjangnya bergetar, dari matanya ia terlihat amat bahagia. Seolah berhasil menemukan yang selama ini dia cari.
Kelinci itu tampak senang. Pertama ia bersihkan tanah yang menempel pada wortel dengan lembut. Sementara petani dari jauh masih tetap mengamati, dan diam-diam mengetahui ada kancil yang sedang menuju tanah kebunnya itu. Dimulai dari ujung yang paling kecil, kelinci menggigit sedikit demi sedikit badan si wortel. Namun tidak sampai habis, pandangannya teralih pada sayuran yang lain. Bunga kol.
Si wortel hanya bisa merasa sedih ketika ia dijatuhkan dari santapan kelinci. Pikirnya, ia gagal menjadi sebuah manfaat yang bervitamin bagi makhluk hidup lain. Kini tinggal separuh lebih sedikit dari badan wortel yang tersisa. Petani yang sedikit merasa kesal pada kelakuan kelinci, berniat mengusir kelinci dari ladangnya dan memungut sisa wortel tersebut. Tapi petani ini kembali dibuat penasaran oleh kelinci yang dengan semangat meloncat mendekati bunga kol.
Mari berpindah lagi menuju sudut pandang bunga kol. Bunga ini begitu cantik. Besar, segar, dan hijau. Tidak kalah menariknya dari wortel. Bahkan terlihat lebih bergizi. Kol ini mengenal dengan baik kelinci. Sebab dia tau bahwa ini bukan pertama kalinya kelinci mendatangi ladang petani. Sebagai sayuran, hatinya pun berdegup kencang ketika makhluk hidup lain datang mendekatinya. "Akankah aku dipilih? Akankah aku berhasil membuatnya kenyang?". Begitu pikir kol dalam hatinya.
Kelinci ini terlihat riang sekaligus ragu. Sesekali ia melihat ke arah bunga kol, lain kali pada wortel. Bergantian seolah sedang mempertimbangkan mana yang lebih lezat. Tangan kelinci sudah berhasil menyentuh bunga kol, dan sedikit gerakan lagi berhasil mencabutnya dari tanah. 1.....2.... Cukup dua gerakan kecil, tercabutlah bunga kol nan segar tersebut. Sama seperti yang ia lakukan pada wortel, dibersihkannya tanah yang menempel. Dalam momen ini, hati bunga kol terasa bahagia. Karena tiba juga saatnya dimana ia siap dipanen. Terlebih oleh seekor kelinci yang sehat dan kuat. Namun tiba-tiba telinga panjang si kelinci bergetar. Senstif terhadap suara-suara di belakangnya, kepalanya pun menoleh.
Disana, di tempat ia menjatuhkan wortel. Terdapat kancil dengan wortel di mulutnya. Wortel separuh-badan-lebih yang dijatuhkan si kelinci. Kancil ini sama laparnya dengan kelinci. Ia sama kuat, bersih, dan sehatnya. Dalam peristiwa ini, wortel yang sempat kecewa ia tidak jadi bermanfaat, pun menjadi senang. Seolah ada harapan kebaikan lagi yang hadir padanya. Apalagi ini adalah kancil. Sesuai ramalan dalam mimpinya. Dan dari tempat dimana ia mencabut bunga kol, kelinci ini terkejut. Melihat kehadiran kancil yang sedang menggigit wortel.
Si pemilik tanah, petani yang baik hati. Kini sedang menerka-nerka. Dari raut wajah dan tingkah laku empat makhluk hidup di ladangnya. Ada seekor kelinci yang membawa bunga kol bersih segar di tangan kanannya, sedang memandang ke arah kancil yang membawa wortel oranye cerah dalam mulutnya. Sepenuhnya petani tentu tidak mengerti apa yang ada dalam pikiran dan hati keempat makhluk hidup di atas tanah kerjanya itu .Beberapa dugaan dan perkiraan muncul dalam benak petani. Tentang siapa yang akan memakan wortel, siapa memakan bunga kol, siapa yang akan bermanfaat bagi siapa.
Pertama, kelinci memilih bunga kol di tangannya.
Kedua, kelinci membawa bunga kol dan berlari merebut kembali wortel dari kancil. Jika ini terjadi, petani berniat akan mengusir kelinci sebab ia terlihat rakus.
Ketiga, kelinci menaruh bunga kol dan merebut wortel dari kelinci.
Keempat, kancil lebih dulu membawa pergi wortel dan memakannya.
Kelima, jika kelinci berlari mendekati kancil sambil membawa bunga kol, si kancil akan menjauh lebih dulu dan berhasil membawa wortel.
Keenam, jika kelinci berlari mendekati kancil tanpa bunga kol, maka kancil akan pergi dan menyerahkan wortel pada pemanen pertama (kelinci).
Kedelapan, apapun yang terjadi, si kancil akan mempertahankan yang ada dalam mulutnya.
Kesembilan, mereka tetap pada apa yang ada saat itu.
Kedelapan, apapun yang terjadi, si kancil akan mempertahankan yang ada dalam mulutnya.
Kesembilan, mereka tetap pada apa yang ada saat itu.
Kesepuluh, mereka bertukar makanan.
Sejauh ini, kejadiannya masih tetap seperti itu. Petani masih mengawasi. Kancil, kelinci, wortel, dan bunga kol berada dalam posisi dalam cerita terakhir. Bagaimanapun akhirnya nanti, perkiraan ke-berapa-pun yang ternyata terjadi, ladang itu tidak akan kehilangan barang berharga. Kelinci dan kancil tidak akan kelaparan. Wortel dan bunga kol pun akan menjadi manfaat semua. Karena jauh di atas sana, yang keberadaannya tidak kasat mata, ada pengawas yang mengatur semua tindakan dan cerita. Memastikan yang terbaik untuk semua ciptaan-Nya.
Jika pada akhirnya kamu menyadari bahwa dongeng ini hanyalah rangkaian kata perwakilan rasa dan pikiran yang sedang menerka-nerka beberapa tindakan dari beberapa manusia, selamat!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar