I'm Going to Write A Book : Day 6 (Musuh Baru)

Jangan tanyakan aku ini hari ke berapa. 

Akhir pekan sekolah memberikan kebebasan bagi murid-muridnya untuk menghabiskan waktu di rumah. Errr sabtu dan minggu, kuingatkan jika kau lupa kapan itu akhir pekan. Tidak untuk kali ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu senggangku terbuang sia-sia. Terlebih, Bibi Lily sedang dalam perjalanan menuju kemari. Oh tidak. Jangan sampai dia membuatku harus mencicipi masakannya. Maaf Lily, aku merasa kasihan pada hari-hari John. Bersabarlah Paman John, masakan istrimu memang......unik. Aku sudah mencoba menggunakan kata tersopan untuk menggambarkan rasa masakannya. 

Hentikan.

Aku harus keluar dari rumah.

***

Sepertinya aku baru pernah melihat toko buku ini. Hmm. Menarik. Mungkin aku bisa menemukan sebuah ide. 

Misteri..

Teka-teki..

Cerita hidup...

Kisah horor...

Love story...

Fan...ta..si...

Wait.

Hmmm. Hmm. APA??!

Tidak mungkin. Siapa itu 'L. Wetness' ?? Mungkin dia suka bermain hujan. Tidak! Dia mencuri ideku!! Ini seperti apa yang kupikirkan! Alur cerita, latar, konflik! Bagaimana dia bisa membaca pikiranku. Atau.. ini hanya nama samaran. Jangan-jangan....... Dia ada di dekatku!! Tetangga. Teman sekolah. Guru. Ayah. Atau Ibu!! Tidak! Tidak mungkin ada orang lain yang mengetahui ide masterpiece-ku! 

Apa bahasa tubuhku membocorkan rahasia ini? 

Atau seseorang pernah menghipnotisku sampai aku memberitahunya ide ceritaku??

Atau....! Dia bisa membaca pikiranku!

Hah tidak mungkin! Aku tidak percaya pada hal-hal di luar penjelasan ilmiah seperti itu. WETNESS! Aku tau aku hanya anak kecil, dan kau jelas lebih.....dewasa. Ya bisa kulihat dari ekspresi wajahmu di sini. Penerbit bilang kau mulai menulis sejak 2013. TAHUN YANG SAMA! Aku pun mulai menyimpan rahasia cerita itu pada tahun 2013! Tapi mengapa kau begitu cepat?? Wetness. Ingat ini, kau telah mencuri ideku. Aku tidak tahu sulap atau cara licik apa yang kau lakukan. Dan, aku tidak percaya orang dewasa sepertimu melakukan hal ini. Seharusnya kau bersikap lebih adil, Wetness. Mereka akan kecewa ketika tahu kau mencuri ide cerita dari seorang anak kecil.

Penjaga toko  : Hey. Apa kau tertarik pada buku itu?

Aku                : Oh..oh..tidak. Sepertinya tidak.

Penjaga toko : Dik, kau sudah lebih dari lima menit memegang dan membaca dalamnya. Jika kau tertarik, kau bisa saja membelinya.

Aku               : Eeh...tidak. Aku tidak mungkin membeli buku dari orang dewasa yang berbuat curang.

***

Aku langsung meninggalkan wanita penjaga toko itu. Tidak ada yang salah dengan kalimat terakhirku padanya bukan? Wajahnya terlihat membingungkan. Mungkin dia belum tahu bahwa Wetness sudah mencuri ide dari seorang anak kecil.

Ideku tercuri.

Wetness.

Bagaimana bisa kau melakukan ini? Tanpa seizinku. Bahkan aku tidak mengenal foto wajahmu. Atau penerbit memasang foto palsu? Entahlah. Wetness. Kalau sudah begini, aku harus bagaimana??? Tidak mungkin aku menerbitkan buku dengan cerita yang sama denganmu. Oh tentu tidak. Aku tidak ingin bersain dengan seorang pencuri.

Bagaimana kalau buku itu terjual banyak? Bagaimana kalau orang-orang menyukainya?? Dan! Jika seorang sutradara menawarkan untuk dijadikan film?? Lalu dunia akan mulai mengenal Wetness! Dan kau akan tenar! Tanpa dunia tahu keberadaan seorang Rinoooo aaaaaaaa!! Tidak bisa! Aku bisa stress jika memikirkan ini. Kau begitu sulit ditebak, Sir Wetness.

Ternyata pergi ke toko buku tidak selamanya membantu. Oh setidaknya aku tau, ada seseorang yang sudah berbuat curang. Mungkin lain kali aku harus berhati-hati dengan ideku.

Atau....

Aku harus mulai serius membuat masterpiece ini. Mungkin besok harus kumulai dari..chapter one.

Tunggu!!!

APA YANG HARUS KUTULIS???