Suatu waktu, di jaman ketika langit masih begitu gelap. Sementara jauh di bawah lapisan langit pertama, tempat dimana manusia tinggal bersama hingar-bingarnya. Disitulah, terdapat satu kerajaan yang sedang dikuasai oleh suku berkulit putih. Londo, sebutan yang diberikan oleh penduduk asli kepada kaum yang menjajah mereka.
Pada tahun 1914, Belanda merayakan 100tahun kemerdekaannya dari Prancis. Perayaan akbar itu diadakan di Semarang, Indonesia. Pameran setara world expo digelar selama tiga bulan. Kaum dari daratan seberang, lautan seberang, datang berbondong-bondong. Semua begitu mewah, meriah, diatas penderitaan pribumi. Namun, belum selesai kegilaan akan kemewahan itu, meletuslah Perang Dunia I. Pameran pun berakhir. Bukan hanya berakhir, namun hilang. Hilang tanpa jejak. Meninggalkan sebuah tanda tanya besar, dan mitos-mitos akan keberadaan harta pameran.
Semua orang menanyakan dimana letak harta pameran tersimpan. Tiap generasi dihantui pertanyaan yang sama. Memang tidak masuk akal jika pameran seluas 26 hektar tersebut hilang begitu saja tanpa jejak. Seperti ada campur tangan sihir atau kekuatan gaib.
"Mungkin harta itu ada di titik 0 kota Semarang", kata seorang pemuda.
"Hah? Dimana?", jawab temannya.
"Di kantor pos di Kota Lama. Titik 0 Semarang yang tidak diketahui orang banyak. Terdapat ruang bawah tanah yang menyimpan petunjuk mengarah ke Tugu Muda. Kemudian sebuah Universitas mengatasnamakan pahlawan (UNDIP) dibangun di Tembalang untuk melindungi harta yang sebenarnya ada di bawah tanah, tepat di tanah UNDIP. Lalu sebenarnya Auditorium Imam Bardjo itulah tempat pameran sebenarnya". Pemuda tersebut menjelaskan sambil berbisik, dengan suara serendah mungkin. Dia telah membuka sebuah rahasia besar.
Lawan bicaranya terdiam. Dengan kalimat barusan yang ia dengar masih menggaung di pikirannya.
"Kamu salah. Pusat pameran itu di Mugas. Harta-harta pameran dibawa kabur oleh pasukan melalui jalan rahasia bawah tanah ke suatu tempat tak terjamah di Semarang. Yang hanya bisa dibuka dengan kunci wasiat yang ternyata juga terkubur di suatu tempat. Dan untuk menemukan tempat itu butuh peta...dan peta itu ada di....". Kali ini tokoh kedua dalam pembicaraan tersebut tidak berani melanjutkan kalimatnya. Dia sadar ini sudah kelewat batas. Pemuda di hadapannya pasti akan bertanya darimana ia tau semua itu.
Sebenarnya, peta yang dimaksud tidaklah berbentuk peta. Melainkan artefak kuno dengan petunjuk tersirat dan kode rahasia. Lalu pada jaman setelah pameran tersebut hilang, dua orang paling jenius di Semarang berhasil menemukan artefak, bekerja sama untuk memecahkan petunjuknya. Ternyata untuk mendapatkan posisi asli harta, mereka harus menguasai ilmu dari 9 jalan kehidupan. Namun, dua sekawan itu terpaksa berpisah akibat perbedaan pendapat dan egonya masing-masing.
Pemuda pertama mengagungkan seni dan keindahan, membangun sebuah 'Institusi Keilmuan Arsitektur'. Sementara pemuda kedua lebih memilih logika dan angka, ia pun pada akhirnya membentuk organisasi bernama 'Teknik Sipil'.
Menurut legenda, akan ada satu orang yang benar-benar bisa menguasai 9 jalan kehidupan, dan membuka pintu masuk menuju harta dunia yang tak ternilai harganya. Dari kitab 7 halaman 107, disebutkan bahwa jaman dulu sebelum dua pemuda paling jenius menemukan artefak, pernah ada yang berhasil memahami 9 jalan kehidupan dan menemukan kunci wasiat tempat harta dipendam. Namun secara misterius orang tersebut hilang bersamaan dengan kunci yang didapatnya. Alhasil, tidak ada tanda-tanda dimana keberadaan mayat si penemu kunci beserta kuncinya. Oleh karena itu harta pameran masih tersimpan di suatu tempat tak terjamah yang juga pada akhirnya tidak berhasil ditemukan oleh dua pemuda paling jenius. Hingga akhirnya saat ini, ratusan tahun setelah dua pemuda paling jenius berhasil sedikit membongkar rahasia harta, tiba-tiba seorang pemuda di masa kini mencoba menelusuri keberadaan harta...
Pemuda itu saat ini sedang mempelajari buku kuno yang ia temukan di perpustakaan bawah tanah kampus Arsitektur Undip. Sebuah warisan dari salah satu pemuda paling jenius yang mengagungkan seni dan keindahan. Dia menemukan fakta bahwa pemuda legendaris yang berhasil menemukan kunci wasiat tidak seorang diri! Pemuda misterius itu bekerja berdua untuk menemukan harta karun. Bersama-sama mereka berhasil saling mengisi kekurangan untuk menguasai 9 jalan kehidupan. Alasan kenapa tubuhnya tidak pernah ditemukan adalah karena ia mengubah semua identitasnya menjadi seorang pengajar. Yaitu, Prof. Sidharta, yang lebih dikenal sebagai pendiri kedua Jurusan Teknik Arsitektur UNDIP. Ia meletakkan kembali kunci wasiat itu di tempat semula. Namun, alasan mengapa ia tidak membuka pintu harta, tidak tertulis pada buku kuno.
Pemuda masa kini tercengang. Ia terus membuka-buka halaman selanjutnya untuk menemukan sebuah fakta lain. Sampai pada akhirnya, sebuah kenyataan baru ia temukan. Ketika membaca sebuah nama, 'Nida' sebagai penulis buku. Nida adalah orang yang terkenal di Tembalang lewat toko bernama 'Annida' yang menjual alat tulis dan peralatan maket. Dan, terdapat sebuah pesan misterius di halaman terakhir buku kuno tersebut..........
*bersambung*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar