Jumat, 21 Desember 2012

Lost Treasure (bagian kedua)

.... 'hanya ada satu jalan di kota tua ini (re:Semarang) yang mampu membawa rakyatnya menuju kemakmuran'. Kemudian pemuda masa kini berlari dari tempat duduknya, mencari buku kuno tentang nama jalan di Semarang. Tanpa diduga, terdapat petunjuk lagi. Disebutkan bahwa kunci wasiat masih berada di tempat asalnya, yakni di antara dua kubus raksasa yang membentuk gerbang dari jalan lurus menuju Widya Puraya. Maka, tak lain dan tak bukan kunci itu berada di antara gedung ICT. Sebuah kenyataan yang mencengangkan ternyata kunci legendaris itu benar-benar terletak di UNDIP! Jelas benar ramalan yang menyebutkan bahwa UNDIP dibangun untuk menyembunyikan harta pameran di bawah tanahnya.

Melihat kenyataan bahwa tidak mungkin ia membongkar jalan UNDIP di antara gedung ICT, dikurunglah niat untuk mengambil kunci tersebut. Pencarian harta diteruskan tanpa kunci wasiat. Pemuda masa kini percaya mampu membobol pintu harta jika ia berhasil menemukan lokasinya. Dan, petualangan  selanjutnya diawali dengan pertemuan bersama Pak Pipik. Seorang guru besar arsitektur yang ternyata adalah cucu keturunan ke-5 dari Pak Sidharta.
Melalui pengakuan Pak Pipik diperoleh fakta bahwa lokasi harta ada di tempat yang mustahil untuk dijangkau oleh pemuda masa kini yang belum menguasai 9 jalan kehidupan. Karena Pak Pipik pun baru hanya menguasai 1 jalan kebijaksanaan setelah lama mempelajarinya secara diam-diam. Namun karena pemuda tersebut sudah jauh terlibat dan mengetahui legenda harta pameran, Pak Pipik menasehatinya untuk tidak memberitahukan kepada sembarang orang. Mengingat harta yang tersimpan sesungguhnya bukan harta biasa.

Setelah hampir putus asa, tiba-tiba pemuda tersebut terdiam. Matanya tertuju pada sebuah simbol. Simbol yang sama dengan yang pernah ia lihat di kitab kuno karya Nida. Sebuah lambang yang sangat dekat dengannya, bahkan melekat pada pakaiannya. Lambang segitiga dengan satu titik di tengahnya, Lambang HMA Amoghasida....

Dia bergegas membuka kitab kuno untuk memastikan. Ternyata lambang tersebut sesuai dan sama persis dengan lambang yang ditemukan Prof. Sidharta dan Nida selama petualangannya. Terukir pada kunci wasiat yang kini tak mungkin terjamah oleh pemuda masa kini. Ia duduk, diam, lemas, letih, dan lesu tak berdaya. Terlebih saat menyadari bahwa lambang itulah peta rahasia menuju tempat harta. Sebuah wilayah berbentuk segitiga, garis-garisnya melambangkan kontur ekstrim, dan titik di tengah melambangkan sebuah bangunan yang menjadi pusat orientasi sekitarnya, sekaligus menjadi lokasi penyimpan peta kedua yang akan membimbing pemuda masa kini menuju tempat harta pameran yang sesungguhnya. Harta kekayaan Belanda yang terkubur selama berabad-abad.....

*bersambung*

2 komentar: