Jumat, 28 Agustus 2015

The Story About Carrots

image source: www.google.com

The Beginning
Tersebutlah sepasang suami istri yang telah menikah selama 36 tahun dan hidup bahagia dalam petak rumah sederhana mereka di tengah desa. Dua orang yang ditakdirkan hidup bersama ini adalah seorang petani. Ladang dijadikan Tuhan sebagai tempat awal benih cinta mereka tumbuh dalam hati masing-masing. Pun sampai saat ini, kantong uang mereka dihasilkan dari tanaman sayur yang mereka rawat.

Suatu hari sang suami kembali dari pasar yang berjarak 7 kilometer dari rumah mereka. Hanya satu dalam 12 bulan diadakan jual-beli dalam jumlah besar di pasar tersebut. Konon kepercayaan mengatakan bahwa setiap tahunnya akan ada satu orang yang terpilih dapat bertransaksi dengan penyihir yang menyamar dan ikut berjualan di pasar. Tidak disangka, suami ini mendapat benih wortel dari penyihir yang dimaksudkan dalam legenda, bonus dari bibit seledri yang dibelinya sebanyak dua kantung. Si suami menceritakan pengalamannya bertemu dengan penyihir tersebut kepada istrinya, lengkap dengan penjelasannya tentang biji wortel yang diterimanya.

“Terimalah benih wortel ini, untuk saat ini hanya empat, dan kau tidak akan mampu menebak sampai kapan aku akan berhenti memberi wortel ajaib ini. Tugasmu hanya menanamnya berpasangan, dua dalam satu pot”
“Apa maksudmu?”
“Tanam setiap benih wortel yang kuberi, tanam secara berpasangan, hanya aku yang dapat memanennya”
“Untuk apa wortel ini?”
“Tanam setiap benih wortel yang kuberi, tanam secara berpasangan, hanya aku yang dapat memanennya”
“Mengapa hanya engkau yang dapat memanennya?”
“Tanam setiap benih wortel yang kuberi, tanam secara berpasangan, hanya aku yang dapat memanennya”
“Lalu apa fungsiku?”
“Tugasmu hanya menanam setiap benih wortel yang kuberi, tanam secara berpasangan, hanya aku yang dapat memanennya”
“Memang apa yang akan terjadi jika kutanam mereka dalam tiap pot yang berbeda?”
“Beragam kejadian, kau akan mengetahui setelah kubiarkan itu terjadi”

Sesampainya di rumah, segera ia taruh empat benih dalam dua pot. Diberi label A, B, C, dan D. Ditanam dalam waktu bersamaan, A dengan B, sementara C dengan D. Ditempatkan dalam ruangan yang sama, serta mendapat perlakuan yang sama pula. Dalam dua tahun pertama mereka tumbuh subur, berdaun lebat namun tidak nampak sedikitpun badan buah jingganya.


The First Event
Tuhan memiliki segala cara dan perantara untuk menjadikan nyata setiap rencana-Nya.

Sepasang suami istri hanya jadi pihak perantara dari ketetapan penyihir terhadap nasib wortel-wortel ajaib yang dipelihara. Wajar jika setiap kejadian yang menimpa wortel tidak pernah ditemukan penyebabnya oleh dua petani tersebut.

Memasuki tahun kedua, wortel berlabel A memiliki segurat warna kuning di helai daunnya. Hal tersebut luput dari perhatian mereka, dan hanya butuh waktu satu jam, wortel itu pun mati. Daunnya layu berwarna coklat. Istri petani lah yang pertama kali mengetahui hal ini. Suaminya sedang bekerja di ladang dan lari menuju pintu rumah setelah mendengar teriakan terkejut sang istri. Saking cepatnya sampai kotak kecil di depan pintu luput dari perhatian.

“Ada apa?? Apa yang terjadi sayang??”
“Lihatlah, wortel ini mati. Akankah hal buruk terjadi menimpa keluarga kita?”

Sang suami hanya berdiri diam memperhatikan wortel ajaibnya yang tertunduk layu.

“Sudahlah sayang, jangan berpikir yang tidak-tidak, ini hanya wortel. Tugas kita hanya perlu menanamnya sepasang”
“Lalu apa yang kita lakukan pada wortel ini? Tidak ada benih lagi yang kita miliki”
Petani laki-laki ini mengingat pesan penyihir bahwa wortel harus ditanam berpasangan, karena tidak ingin kehilangan satu wortel lagi, ia pun bertekad menemui penyihir tersebut.

“Aku akan pergi ke tempat dimana aku bertemu dengannya”

Baru sampai di depan pintu kayu rumah mereka, keberadaan kotak kecil tersebut tertangkap mata oleh sang suami. Segera ia ambil, dan berlari ke dalam rumah setelah melihat isinya.

“Istriku! Lihat apa yng kudapat! Aku yakin ini benih wortel pengganti yang dikirmkan penyihir itu kepada kita!”

Singkat cerita, ditanamlah benih itu setelah diberi label E, dipasangkan dengan B dalam satu pot. Dua tahun berselang tidak ada kejadian mengkhawatirkan yang terjadi. Ke empat wortel mulai menampakkan badan buah mereka.

The Second Event
Sudah masuk ke tahun ke empat bagi kehidupan wortel B, C, dan D, sedangkan benih E baru memasuki tahun ke dua. Lagi-lagi pagi hari, saat mereka tengah sibuk bekerja di ladang. Guratan kuning muncul di helai daun wortel, kali ini dua wortel sekaligus, C, dan si wortel  muda E. Tidak perlu menunggu siang hari bagi kedua wortel untuk mati dan menghilangkan bakal buahnya. Kedua petani tersebut semakin penasaran akan apa yang menjadi penyebab wortel mereka mati. Apakah kadar hara dalam tanah? Air yang diberikan? Cahaya matahari yang berlebih? Suhu ruangan? Tidak ditemukan satu pun penyebabnya. Mereka hanyalah perantara.

Kali ini tidak ada kiriman dari penyihir, sehingga sepasang petani tersebut berniat menyatukan dua wortel yang tersisa dalam dua pot. Namun meski berkali-kali mereka mencoba, tidak satupun wortel yang berhasil tercabut. Tidak tertarik sedikitpun, tidak berubah sedikitpun letaknya. Kekhawatiran semakin membesar dengan kondisi tidak ada wortel yang tertanam berpasangan, dan tidak ada benih yang diterima. Meski wortel ini tidak memberi pengaruh sihir kepada mereka, tidak untuk hasil ladang atau nasib peruntungan mereka, namun dua petani ini merawatnya dengan sepenuh hati, sebagai ganti sosok anak yang tidak pernah mereka miliki.

Selama enam bulan mereka berusaha menyatukan dua wortel terpisah tersebut, mencabutnya, menggemburkan tanah untuk dapat mencabutnya, sampai mencari keberadaan penyihir, tetap saja hasilnya nihil. Sedikit rasa tenang hadir di antara keduanya sebab tidak ada guratan kuning yang muncul pada kedua wortel tersebut. Ini sangat aneh karena meski tidak saling berpasangan, dua wortel tersebut tetap hidup.

The Third Event
Saat itu hujan lebat, ketika petir mengenai ujung pohon cemara tertinggi di bukit desa mereka tinggal. Kala itu sang istri petani mengintip melalui lubang pintu untuk melihat apa yang terjadi, dia tidak cukup berani melihat melalui kaca di tengah kilatan petir dan hujan deras. Matanya terbelalak melihat kotak kecil persis seperti yang dulu pernah mereka dapatkan, tergeletak di depan pintu. Kotak kecil berwarna kecoklatakan berbalut pita hijau.

Satu benih didapat. Ditanam berpasangan dengan wortel B. diberi label F. Wortel muda ini tumbuh dengan pesat mengikuti besarnya wortel B dan D. Tidak lama setelah kedatangan F, penyihir misterius yang tidak pernah diketahi keberadannya kembali memberi mereka benih wortel. Jadilah D dipasangkan dengan G. Namun, usia wortel G sangat singkat, hanya 30 hari. Dua petani ini terkejut mengetahui usia wortel yang mereka rawat. Mereka meragukan kemampuan bertani mereka, lagi-lagi menerka apa penyebabnya. Apakah kadar hara dalam tanah? Air yang diberikan? Cahaya matahari yang berlebih? Suhu ruangan? Tidak ditemukan satu pun penyebabnya. Mereka hanyalah perantara.

Wortel F pun pada akhirnya mati setelah 1.5 tahun bertahan. Dan selama itu pula wortel B tumbuh tanpa ada wortel lain dalam potnya. Melihat keadaan wortel mereka yang terus saja seperti itu, dua petani ini berpikir keras, kembali mencari apa penyebab kematian wortel-wortel mereka. Mereka lupa jika tugasnya hanya menanam wortel, tidak merawatnya. Dua tahun berselang tanpa ada kiriman benih dari penyihir, wortel B dan D mulai tampak layu meski tidak ada guratan kuning sedikitpun. Karena panik, sepasang petani ini memilih cara ekstrim.

Memecahkan pot wortel B.

The Current Event
Melihat kondisi dua wortel yang terus layu dan tidak adanya kiriman benih selama dua tahun, mereka sepakat harus menyatukan kedua wortel ini. Dipilihlah salah satu wortel yang paling besar, wortel B terlihat lebih tinggi dan dirasa lebih kuat daya hidupnya. Dipecahkanlah pot wortel B dan dengan cepat mereka pindahkan B dalam satu pot yang sama dengan D. Mereka memperhatikan dengan cemas apa yang akan terjadi. Akankah justru membuat wortel B mati karena pemaksaan tersebut?

Tuhan menciptakan manusia lengkap dengan emosi dan hawa nafsu, manusia menciptakan prasangka dari dua bekal tersebut.

B dan D tumbuh subur, terus membesar dan menampakkan badan buahnya yang berwarna jingga. Suami istri tersebut senang dan kembali tenang. Bahkan mereka menjadi lebih teliti merawat sisa dua wortel tersebut.

Saat ini sudah 2.5 tahun lamanya sejak pemecahan pot dan wortel B D yang ditumbuhkan dalam satu pot. Sampai saat itu pun tidak ada kiriman benih. Tidak ada hal yang diketahui dua petani mengenai wortel mereka, tidak pula wortel itu sendiri, yang keempat makhluk hidup itu ketahui hanya apa yang memang telah dibiarkan penyihir itu terjadi :

Tidak ada guratan kuning pada wortel.
Tidak tahu kapan penyihir datang mengirim benih.
Tidak tahu akankah ada benih baru atau tidak.
Tidak tahu mana usia wortel yang akan bertahan paling lama.
Dan.

Tidak tahu apakah mereka akan dipanen bersamaan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar