
teringat akan masa laluku, ketika aku masih menjadi bocah ingusan berusia 9 tahun. apa yang ku ketahui saat itu mungkin kebanyakan hal bodoh yang tidak kudapatkan ketika dewasa. apa yang aku coba mengerti saat itu mungkin hanya hal remeh yang tidak pernah kupikirkan saat nanti aku besar. namun apa yang temanku lakukan padaku menjadi pelajaran bijak sampai aku tua.
suatu saat ketika kami bermain badminton. aku tau rasanya aneh bagi anak kecil seperti kami berlagak seorang pemain bulu tangkis profesional, membawa raket dengan satu tangan, dan mencoba memukul kok sekeras mungkin. bagi sebagian temanku yang memang fisiknya kuat, mengayunkan raket sambil memukul kok adalah hal mudah. namun tidak bagiku saat itu. meski semangatku tinggi, namun setiap kok yang kupukul selalu gagal dan meleset. selalu begitu dan begitu. tak ada satu kok-pun yang berhasil kupukul.ejekan dari teman-teman pun mengalir deras, "hahaha ulfi raketnya bolooooongggg". hanya aku yang tidak bisa bermain bulu tangkis. padahal usia kami sama.
ada seorang temanku yang baik hati. dengan suaranya yang lembut, ia menepuk punggungku sambil berkata, "ga papa fi, kalau sekarang ga bisa, besok pasti bisa, kalu besok masih belum bisa, lusa pasti bisa. kamu pasti bisa main badminton". hahahaha mungkin itu terdengar konyol jika kamu coba membayangkan seorang anak berusia 9 tahun berkata seperti itu. seketika itu dukungan yang dia berikan serasa menyejukkan kekhawatiranku. selang beberapa minggu kemudian, aku bisa bermain badminton. bahkan ketika pelajaran olahraga materi bulu tangkis, banyak teman laki-lakiku yang penasaran menantangku bermain badminton. dan sekarang.....setelah aku SMA, aku kadang masih main badminton kalau sore di belakang rumah. yaaaaa mandan mandan gagap juga si...hehehe
begitu caranya mendukung seorang teman.berilah dia kata-kata yang meyakinkan, tidak berat namun mudah dimengerti. berusaha meyakinkan dia bahwa masih banyak kesempatan yang dapat dia dapatkan.
suatu saat ketika kami bermain badminton. aku tau rasanya aneh bagi anak kecil seperti kami berlagak seorang pemain bulu tangkis profesional, membawa raket dengan satu tangan, dan mencoba memukul kok sekeras mungkin. bagi sebagian temanku yang memang fisiknya kuat, mengayunkan raket sambil memukul kok adalah hal mudah. namun tidak bagiku saat itu. meski semangatku tinggi, namun setiap kok yang kupukul selalu gagal dan meleset. selalu begitu dan begitu. tak ada satu kok-pun yang berhasil kupukul.ejekan dari teman-teman pun mengalir deras, "hahaha ulfi raketnya bolooooongggg". hanya aku yang tidak bisa bermain bulu tangkis. padahal usia kami sama.
ada seorang temanku yang baik hati. dengan suaranya yang lembut, ia menepuk punggungku sambil berkata, "ga papa fi, kalau sekarang ga bisa, besok pasti bisa, kalu besok masih belum bisa, lusa pasti bisa. kamu pasti bisa main badminton". hahahaha mungkin itu terdengar konyol jika kamu coba membayangkan seorang anak berusia 9 tahun berkata seperti itu. seketika itu dukungan yang dia berikan serasa menyejukkan kekhawatiranku. selang beberapa minggu kemudian, aku bisa bermain badminton. bahkan ketika pelajaran olahraga materi bulu tangkis, banyak teman laki-lakiku yang penasaran menantangku bermain badminton. dan sekarang.....setelah aku SMA, aku kadang masih main badminton kalau sore di belakang rumah. yaaaaa mandan mandan gagap juga si...hehehe
begitu caranya mendukung seorang teman.berilah dia kata-kata yang meyakinkan, tidak berat namun mudah dimengerti. berusaha meyakinkan dia bahwa masih banyak kesempatan yang dapat dia dapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar